BERGURU "HIDUP BERKECUKUPAN" PADA SEORANG TUKANG BECAK
Umroh kami kali ini memiliki nilai beda yang mencerahkan dengan kehadiran seorang tukang becak beserta istri dan anaknya yang ikut dalam rombongan kami. Pak Subeiri adalah nama tukang becak itu. Wajahnya adalah wajah khas tukang becak yang setiap hari melawan angin dan sinar matahari. Namun, wajah itu memperlihatkan aura wudu yang tak hilang-hilang.
Beliau sekeluarga (bertiga) sudah mendaftar haji reguler namun antriannya masih lama. Saat ada uang, langsung beliau mendaftar umroh kepada kami. Saat tahu dan merasakan nikmatnya ibadah di tanah suci, tetangga Mat Kelor asal Sumenep ini menyatakan kepada kami bahwa sepulang umroh ini beliau akan mendaftar untuk umroh tahun depan. Ini adalah kisah pengantarnya. Kisah sesungguhnya adalah berapa sih penghasilan tukang becak? Kok bisa haji dan umroh? Yang penghasilannya dan pekerjaannya lebih gengsi saja tidak haji dan tidak umroh.
Beliau berkisah bahwa hidupnya dicukupi oleh Allah dengan cara Allah. Hitungan kalkulator tak bisa merasionalkan. Beliau juga tidak menyangka bisa hidup seperti sekarang, dicukupi oleh Allah. Sampai kini beliau tetap tukang becak. Pekerjaan turunan dari orang tua, katanya. Nasab sebagai tukang becak. Rumahnya lumayan bagus. Saya tahu karena sempat menjenguk beliau yang kecelakaan 4 hari menjelang berangkat umroh. Apa rahasia hidup berkecukupannya?
Bapaknya, sebelum meninggal berwasiat, dan wasiat inilah yang dipegangnya kuat-kuat sampai kini: "Nak, ada di manapun dan mengangkut apapun atau siapapun, jika sudah azan cepat-cepatlah ke masjid." Ini adalah wasiat pertama orang tuanya. Nasehat kedua: "Nak, sempatkan setiap malam bersujud ya!" Subhanallaah, sungguh nasehat orang baik. Menjelang kematian kita, wasiat dan nasehat apakah kira-kira yang akan kita sampaikan kepada anak-anak kita?
Selamat Pak Subeiri (bukan Subairi), kami banyak belajar dari panjenengan. Belajar tak mesti pada pak guru atau pak dosen, karena hikmah hidup bisa Allah titipkan lewat siapa saja. Ingin ketemu Pak Subeiri? Tunggu di masjid saat azan tiba.
Penulis: Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi, MA._2019
Tags : Kalam Abah Kiai
MA Alif Laam Miim
“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”
- MA Alif Laam Miim
- Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
- maaliflaammiim@gmail.com
- 0813-8645-3684