KAUSALITAS KEBAHAGIAAN DALAM BUTTERFLY EFFECT
Penulis: Yurid Shifan A’lal Firdaus, S.Ag (Waka. Al-Qur'an MA Alif Laam Miim Surabaya)
Sebuah objek penelitian dapat diteropong menggunakan bermacam lensa dan didekati dengan berbagai cara, meski objek tersebut telah jamak diteliti. Guru metodologi kami memberikan banyak contoh implementasi teori yang dapat memperkaya dan menghasilkan temuan baru, salah satunya menggunakan teori butterfly effect.
Deskripsi Butterfly Effect
Gagasan tentang "Efek Kupu-Kupu" dicetuskan pertama kali
di tahun 1972 oleh seorang matematikawan dan ahli metoerologi Amerika, Edward
Norton Lorenz yang menyatakan kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara
brazil dapat menyebabkan tornado di texas. Butterfly
effect nampaknya terlalu hiperbola menilai sesuatu yang atomistik dan nonlinier, namun di sinilah
keistimewaannya sehingga Edward juga disebut sebagai pendiri teori chaos modern. Butterfly effect tidak hanya
diterapkan dalam memotret kondisi cuaca dan iklim yang merupakan rahim teoritknya, berbagai fenomena sosial
pun juga dapat menggunakan butterfly effect, karena bila dikaji lebih mendasar dan sederhana teori ini mengungkapkan bahwa satu hal kecil dapat berdampak pada
sebuah
peristiwa besar.
Ada korelasi dengan gagasan Atomic Habits James Clear bahwa langkah kecil 1% setiap hari akan menghasilkan perubahan luar biasa. Dalam banyak ulasan, butterfly effect terbesar dalam sejarah terimplenentasi pada kelalaian supir Frenz Ferdinand memicu pecahnya Perang Duni I dan Henry Tendey yang tidak menembak satu tentara Jerman menyebabkan terjadinya genosida Nazi oleh Adolf Hitler selama Perang Dunia II. Satu hal kecil memiliki dampak besar menentukan arah peradaban dunia.
Fenomena Aktual
Masyarakat dunia saat ini dihadapkan pada banyak krisis, resesi pada bidang ekonomi dan kekacauan geo-politik. Fenomena global juga berdampak pada kondisi nasional yang terus berusaha bangkit dari pandemi dan problematika kebangsaan lainnya. Butterfly effect telah terjadi dan dapat terjadi berikutnya ditentukan oleh masing-masing kita dalam bertindak, berperilaku, dan mengambil keputusan.
Contoh sederhananya bila kita mendapatkan satu info di group whatsapp yang tidak jelas sumber dan validitasnya, kemudian dengan dasar like or dislike (suka atau tidak suka) secara spontan langsung kita bagikan ke seluruh kontak dan group. Kita juga meneruskannya ke berbagai platform media sosial kita seperti Tiktok, Instagram, Twitter, Facebook, dan Youtube. Kemudian postingan kita menjadi viral dan semakin masif diaebabkan algoritma media sosial. Para pemangku kebijakan melihatnya sehingga timbullah propaganda dan melecut peristiwa yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Satu ketukan layar HP kita bisa merubah dunia.
Dalam butterfly effect kita juga dapat memahami bahwa satu kebaikan atau satu keburukan dapat berakibat pada kejadian besar. Namun perlu kita garis bawahi implikasi pada butterfly effect lebih multidimensi karena sedari awal gagasan ini berlaku pada materi nonlinier atau tidak searah. Oleh karenanya prinsip Atomic Habits dan kausalitas linier dapat dijadikan pedoman dalam implementasi butterfly effect.
Kausalitas Kebahagiaan
Satu kegiatan positif seperti beribadah, belajar, membantu orang lain, membuang sampah pada tempatnya, bahkan tersenyum memiliki dampak luar biasa di kemudian hari. Al-Qur'an telah menjelaskan perbuatan baik walau sekecil atom (dzarrah) akan berdampak besar terhadap kualitas hidup dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya dengan perbuatan buruk, ada korelasi kausalitas (sebabakibat), satu kebaikan dengan kebaikan lainnya yang lebih besar. Dalam konsep lain, satu kebahagiaan yang kita bagikan akan memicu kebahagiaan baru yang setara bahkan lebih besar.
Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi, M.A. pernah dawuh kepada kami bahwa semangat keagamaan kita haruslah berorientasi pada spirit untuk membahagiakan orang lain. Demikianlah esensi agama Islam yang hadir sebagai agama yang damai dan mendamaikan untuk merealisasikan kedamaian, rahmatan lil alamin. Dari prinsip esensial ini, Islam memerintahkan umatnya untuk berperan dalam mewujudkan kedamaian dan menyebarkan kebahagiaan. Misal dalam keseharian, satu senyuman yang tulus kita berikan bisa menyebabkan senyuman lain sehingga suasana bersosial menjadi lebih ramah dan menentramkan.
Kebahagiaan dalam butterfly effect berarti kebahagiaan kecil yang kita lakukan bisa menyebabkan kebahagiaan besar baik untuk diri kita maupun orang di sekitar kita. Syekh Said Ramadhan al-Buthi menyebutkan bahwa ketika hati ini kita gunakan untuk membahagiakan orang lain, maka Allah akan mengirimkan seseorang secara khusus untuk membahagiakan kita. Dari pesan tersebut Syekh al-Buthi hendak mengingatkan kita untuk terus melakukan kebaikan dan menyebarkan kebahagiaan tanpa khawatir kebahagiaan kita sendiri karena Allah sendiri yang akan menjaminnya.
Pesan serupa disampaikan Habib Muhammad bin Husein al-Habsy bahwa kebahagiaan yang kita wujudkan kepada orang lain suatu saat akan kembali kepada kita dalam wujud yang lebih indah. Ada indikasi penting dalam pesan beliau sesuatu yang kita berikan tidak harus kembali dalam bentuk yang sama dan tidak pula kita sendiri yang merasakannya, bisa jadi kebahagiaan itu justru dirasakan lebih luas oleh keluarga, sahabat, masyarakat bahkan semesta ini.
Membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan, dan menanam pohon adalah bentuk kebahagiaan sederhana yang kita berikan kepada Alam. Suatu saat satu kebahagiaan kecil tersebut apalagi dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, kita mendapatkan feedback positif dari masyarakat, dan dampak besarnya Alam membalas kebaikan kita dengan kebaikan dan kebahagiaan yang lebih besar dan luas sehingga tidak hanya kita sendiri yang merasakan kebaikannya tapi juga masyarakat. Lingkungan yang bersih dan asri membuat ibadah, belajar, dan beraktivitas menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Penutup
Tidak ada kebaikan kecil yang sia-sia, sebagaimana tidak ada satu kebahagiaan yang kita berikan berakhir percuma. Semuanya memiliki dampak yang dapat terwujud langsung, hari ini, seminggu lagi, bahkan setelah kita melupakannya. Melalui butterfly effectkita belajar tentang kehadiran dan peran kita di dunia yang bergerak ganda, bisa menjadi sebab atau mejadi akibat selama proses kehidupan berlangsung. Lebih rincinya, kebahagiaan yang kita rasakan sekarang bisa jadi adalah buah kebahagiaan yang pernah kita berikan dahulu, kita menerima akibat dari sebab kebahagiaan. Maka dalam peran lain, kita juga harus mengambil andil menjadi sebab kebahagiaan orang lain, karena Allah telah berjanji bahwa orang yang menyebarkan kasih sayang (al-rahimuna) akan selalu disayangi dan dibahagiakan oleh Dzat Sang Maha Rahman dan Rahim.
Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk istiqomah menyebarkan kebahagiaan sehingga kehidupan ini akan jauh lebih bahagia untuk
sesama dan semesta hingga bertemu dengan Dzat-Nya, Aamiin. Wallahu
a’lam.
Tags : Artikel Guru
MA Alif Laam Miim
“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”
- MA Alif Laam Miim
- Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
- maaliflaammiim@gmail.com
- 0813-8645-3684