OTENSITAS AL-QUR’AN
Penulis: Muhammad Musthofa,
MH. (Waka Bidang Kesiswaan MA Alif Laam Miim Surabaya)
Al-Qur’an adalah salah satu naskah berjagkauan universal dengan
karakteristik dan keistemewaanya dan al-Qur’an sendiri diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw melalui malaikat Jibril AS. Sungguh beruntung sekali bagi umat di
masa nabi Muhammad dengan diturunkanya al-Qur’an sebagai kitab dan pedoman
lengkap yang di dalamnya tidak hanya ada syariat nabi Muhammad saja melainkan
syari’at nabi yang lain telah include di dalam al-Qur’an. Tentunya dengan menjadikan al-Qur’an
sebagi pedoman maka keselamatanlah yang akan diperoleh. Allah berfirman dalam
surah ali-Imran ayat 138:
هَذَا
بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS: Ali ‘Imran [138])
Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an merupakan miniatur alam raya yang
memuat segala disiplin ilmu dan penyelesainya permasalahan sepanjang hidup
manusia dengan mukjizatnya al-Qur’an pun telah membuktikan tentang tori
penciptaa alam yang baru-baru ini teori itu muncul yaitu teori tentang big
bang, namun al-Qur’an beberapa abad lamanya telah menyebutkan teori tersebut, dan teori-teori sains yang lainya. Hal ini menujukan bahwa kebenaran
al-Qur’an tidak perlu ditanyakan kembali oleh sarjana-sarjana muslim dan non-muslim. Bahwa secara fakta al-Qur’an
telah menunjukan kebenaranya sebagai karya tuhan atau Allah Swt.
Tetapi kemudian muncul
diskurus tentang ontentik dan sakralitas al-Qur’an yang sekarang atau yang
telah beredar di tangan masyarakat khususnya masyarakat muslim, itu adalah
al-Qur’an sebagiamana Allah SWT wahyukan ataukah al-Qur’an mushaf Sayyidina
Ustman ra. Pada era Nabi di Mekkah, tapi penulisanya lebih sistematis baru
dimulai di Madinah khususnya setalah nabi menunjuk empat sahabat untuk
melakukan tugas ini. Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Ubay bin Ka’ab, Zayd bin Tsabit,
dan Abdullah bin Mas’ud, adalah nama-nama yang disebut sebagi penulis madinah.
Seorang penulis sejarah
al-Qur’an Ahmad Von Denver, meyakini paling tidak ada 23 mushaf yang
dialamatkan kepada penulis wahyu itu. Ini menunjukan banyak sekali
mushaf-mushaf al-Qur’an tidak hanya mushaf ustmani saja, hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah mushaf ustmani adalah wahyu Allah yang dijadaikan mushaf,
ataukah bisa jadi wahyu Allah itu berada di mushaf lain yang tidak
terkodifikasi. Sebagai sebuah buku
al-Qur’an tidak lain adalah produk sejarah manusia, yang merupakan hasil
peroses panjang pengumpulan, penyeleksian, pengeditan, dan percetakan, hingga
akhirnya menjadi sebuah buku suci. Dan sumber utama dari penulisan al-Qur’an
itu sendiri adalah wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad.
Muhammad Arkoun, salah
seorang pemikir liberal dari al Jazair berpendapat bahwa kalam Allah yang asli
tersimpan di laul mahfuzh. ketika turun ke pada nabi, wahyu itu bekerja
dalam pemikiran Muhammad sehingga mengalami transfomasi dari bahasa tuhan
kebahasa manusia. Dan ketika wahyu disampiakan ke sahabat, beberapa sahabat
mentrasnformasikannya pula dalam bentuk transkip yang tunduk kepada hukum-hukum
bahasa yang berlaku. Dapat disimpulkan bahasa al-Qur’an adalah bahasa wahyu
yang telah ditaransformasikan. Hal ini tidak ada jauh bedanya dengan kitab lain
seperti injil yang menunjukan banyak kesalahan dan perbedaan baik diantara
perjanjian lama dan perjanjian baru. Melihat deskripsi di atas nampaknya
penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang al-Qur’an, sebagaimana diasumsikan
bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah dan sakral.
Abudidn Nata, di dalam bukunya, al-Qur’an dan Hadis, menjelaskan
permasalahan otentitas al-Qur’an dengan mangatakan bahwa al-Qur’an itu murni, asli
tanpa ada perubahan atau pengurangan sedikitpun. Hal ini dapat dibuktikan
dengan beberapa penjelasan. Pertama, aspek turunya al-Quran, al-Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu kurang lebih 23 tahun. Menurut
beberapa riwayat, setelah bi’tsah, Rasulullah Saw hidup di Mekkah selam 13
tahun, kemudian hijrah ke Madinah dan bermukim di kota ini selama 10 tahun
hingga akhir hayatnya. Ibn Abbas mengatakan Rasulullah diangakat menjadai nabi
dan rasul pada usia 40 tahun.
Setelah bi’tsah beliau tinggal di Mekah 13 tahun dan selama itu beliau
menerima wahyu. Beliau wafat dalam usia 63 tahun. Beberapa sumber riwayat
memperkirakan masa turunya wahyu
seluruhnya 20 tahun, tetapi ada yang memperkirakan 25 tahun, namun yang
masyhur adalah 23 tahun.
Menurut al-Sya’bi, al-Qur’an mula-mula turun pada malam qadar
(lailatul qadar). Setelah itu, ia diturunkan secara berangsur-angsur.
Pendapat ini didasarkan pada firman Allah:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan”. (QS: al-Qadar [1])
وَقُرْآنًا
فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا
Artinya:
“Dan Al Qur'an itu telah
Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.
(al-Isra’[106])
Tujuan al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur itu adalah
agar Rasulullah Saw dan para sahabatnya dapat menyimak, memahami, mengamalkan,
dan memeliharanya dengan baik. Rasulullah membacakanya dihadapan para sahabat
secara perlahan-lahan dan para sahabat membacanya sedikit demi
sedikit.
Selain itu, al-Qur’an
diturunkan berkaitan dengan suatu peristiwa, baik bersifat individual maupun sosial
kemasyarakatan. Dengan cara seperti ini proses pemeliharaan kemurnian al-Qur’an
berjalan dengan sendirinya.
Sehubungan dengan peroses
turunya al-Qur’an, Rasulullah mengerahkahkan sejumlah penulis untuk mencatat
seteliti mungkin. Zaid bin tsabit adalah seketaris utama Rasulullah yang
mencatat ayat-ayat al-Qur’an yang turun. Disamping Zaid, tercatat pula
nama-nama sahabat lain yang diperintahkan menulis al-Qur’an seperti Abu Bakar,
Umar, Usman, Ali, Zubair ibn Awwam, Abdullah Ibn Sa’ad, dan Ubay bin Ka’ab.
Ayat-ayat tersebut ditulis dia atas batu, tulang, pelapah kurma dan lain-lain.
Selain pencatat ada
pula sejumlah sahabat yang menghafal ayat-ayat al-Qur’an secara professional.
Sebelumnya, mereka adalah penghafal syair-syair Arab Jahiliyah. Merekalah yang
menyebarkan al-Qur’an ke daerah-daerah serta meneruskannya dari satu generasi
ke genarasi berikutnya. Semua ini merupakan bagain dari kehendak Allah untuk
memelihara al-Qur’an. Di setiap zaman Allah menciptakan orang-orang yang mudah dapat menghafal al-Qur’an. Allah
berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS: al-Hijr:
9)
Kedua, Aspek yang Menyampaikan al-Qur’an, al-Qur’an
memberi informasi bahwa ia diturunkan dari lauh mahfudz ke dunia melalui
malaikat Jibril. Lauh
mahfudz adalah tempat yang terpelihara, semacam disket dalam sistem computer
yang terpelihara dari gangguan dan pengrusakan. Hal ini dijelaskan dalam ayat
yang berbunyi:
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ
مَحْفُوظٍ
Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Laul mahfuz”. (QS:Al-Buruj:
21-22)
Jibril yang tampil sebagai
mediator proses turunya ayat adari tuhan kepada Nabi Muhammad Saw, dikenal
sebagai malaikat yang dimuliakan Tuhan. Ia juga dikenal dengan al-Ruhul
aminn, malaikat yang terpercaya. Hal ini dapat menambah argumen di atas
bahwa al-Qur’an benar-benar terjaga kemurniannya karena mediatornya adalah
utusan yang terpecaya. Sebagaimana Allah berfirman
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
Artinya: “Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang
diturunkan kepada) Rasul yang mulia”,(QS: Al-Haqqah: 40)
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى
قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
Artinya: “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan,” (QS:
Asyu’ara: 193-194)
Disamping itu, malaikat
pada umumnya adalah hambah Allah yang sangat patuh pada tuhan dan tidak mau
berbuat dosa atau berkhaianat, Firman Allah Swt:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا
سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ
بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu),
adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan
perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (QS: al-Anbiya: 26-27)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (QS:
al-Tahrim: 6)
Memperhatikan
sifat-siafat Jibril dan malaikat pada umumnya, sebagaimana diungkapkan dalam
ayat-ayat di atas maka musthali Jibril berbuat dusta atau mengubah wahyu yang
harus disampaikanya kepada Nabi Muhammad Saw. dengan kata lain, wahyu yang
disampaikan malaikat Jibril itu terjamin keaslianya.
Ketiga, Aspek Penerima al-Qur’an, sebagaimana
disebutkan di atas, wahyu dari Allah Swt disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui
malaikat Jibril. Sebagai penerima wahyu, Nabi Muhammad dianugrahi Allah
sifat-sifat mulia mustahil ia berdusta. Hal ini
digambarkan oleh Allah perihal akhlak Nabi dengan
firman-Nya.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” ?(QS: al-Qalam: 4)
Bernad lewis berkata “sejarah Muhammad dan asal-usulnya Islam diakui oleh
Ernest Renan, sangat berbeda dengan agama-agama lain. Agama-agama lain dibumbui
oleh cerita misteri, sedangkan Islam dilahirkan penuh dengan cahaya sejarah.
Akar-akarnya menghunjam dalam kehidupan pendirinya. Muhammad SAW kita kenal
dengan baik, sebagaimana kita mengenal tokoh-tokoh reformer di abad keenam
belas”.
Kehebatan Nabi Muhammad
tidak hanya diakui oleh penulis muslim, tetapi juga penulis barat atau
orientalis. Michael Hart, misalnya dalam bukunya the 100, a raking of the
most influential persons in history (seratus tokoh yang paling berpengaruh
dalam sejarah) merupakan Nabi Muhammad Saw pada urutan paling atas.
Penempatan ini didasarkan pada alasan bahwa beliau satu-satunya manusia dalam
sejarah yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa baik ditilik dari ukuran
agama mauapun ruang lingkup duniawi.
Keberhasilan tersebut
merupakan hal yang luar biasa karena secara manusiawi beliau lahir dalam
keadaan yatim, ayahnya wafat ketika beliau dalam masih kandungan dan ibunya
meninggal ketika beliau masih kanak-kanak. Ia tak punya harta dan lahir di
tengah-tengah masyarakat yang tersesat jauh. Dalam kondisi demikian beliau
mampu mengubah wajah dunia dan perjuangannya mencapai sukses yang mengagumkan.
Hal ini digambarkan dalam ayat yang berbunyi:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan
keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS:Al-Fath: 29).
Sikap beliau
yang sangat dirasakan pengaruhnya oleh masyarakat antara lain adalah kebenaran,
keadilan, kejujuran, amanah, dan berpihak pada pembelaan kaum lemah seperti
para budak, kaum wanita, anak yatim, dan orang-orang tertindas lainnya.
Dengan sifat dan
sikap yang mulia itu, sangat mustahil beliau memalsukan al-Qur’an apa yang
disabdakan oleh beliau tidak lain adalah wahyu Allah Swt.
...Dan
tidaklah apa yang diucapkan (Muhammad) itu
(al-qur’an) menurut hawa nafsunya ,(tetapi) ucapan itu tidak lain kecuali wahyu
yang diwahyukan kepadanya…(QS:taha 3-4)
Selain itu sebagaimana
halnya Malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw juga memperoleh gelar al-Amin (orang
yang terpercaya), semua yang dikatakan adalah benar. Beliau adalah seorang ummy
tak pandai baca dan tulis. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebelum al-Qur’an
diturunkan beliau perlu dipersiapkan. Kata al-Ummy, dapat diumpamakan
seperti gelas atau tempat steril (suci), karena belaiu akan menerima wahyu al-Qur’an sebagai kalamullah yang
suci. Dengan demikiansangat jelas bahwa al-Qur’an betul-betul dari Allah, bukan
bikinan beliau.
Dengan sifat dan sikap
Rasulullah sebagaiman digambarkan di
atas, kemurnian al-Qur’an yang berada ditanganya benar-benar terpelihara. Untuk
menjamin kesesuain anatara al-Qur’an yang diterima Nabi dengan wahyu yang
diturunkan Allah, Allah Swt sering mengutus malaikat Jibril untuk mengecek
bacaan al-Qur’an yang dibaca Rasulullah Saw. banyak hadis yang menginformasikan
tentang kedatangan Jibril kepada Rasulullah untuk pengecekan itu.
Keempat, Aspek Para Penulis Al-Qur’an, Al-Qur’an terdiri dari
6666 ayat yang dihimpun dalam 114 surah, mulai dari surah al-Fatihah sampai
dengan surah An-Nas, kemurnian dan keaslian ayat-ayat tersebut dapat dilihat
antara lain dari proses penulisannya. Wahyu pertama diterima Nabi ialah ayat 1
s/d 5 surah al-‘Alaq, ketika belaiau berada di gua Hira, sedangkan wahyu
terakhir adalah ayat ke-3 surah al-Ma’idah, pada waktu belaiu wukuf di padang
Arafah saat melakukan haji wada’ tanggal 9 Dzulhijjah, tahun kesepuluh hijriah,
bertepatan dengan 7 Maret 632 M.
Salah satu faktor yang dapat menjamin keaslian dan
kemurnian al-Qur’an ialah teks al-Qur’an itu ditulis sesuai dengan tuntutan dan
petunjuk Rasulullah. Penulisannya dilakukan
dihadapan beliau sendiri. Untuk kepentingan tersebut Rasulullah mengarahkan
sejumlah penulis seperti para Sahabatnya seperti Amir bin Fuhairah, Ubay bin
Ka’ab, Tasabit bin Qais bin Samas, Zaid bin Tsabit, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, termasuk saudara Abu sufyan: Yazid
bin Syu’bah, Zubair bin Awwam, khalid bin walid, ‘Alla bin al-Hadramy, Amr bin
‘ash, Abdullah bin Hadramy, Muhammad bin Masalamah, dan Abdullah bin Ubay bin
Salul.
Mereka terkenal sebagai
orang-orang yang terkenal denga Rasulullah Saw, pelaku-pelaku sejarah
mengetahui maslah pda waktu al-Qur’an diturunkan, cinta kepada Rasulullah dan
memiliki kualitas keagamaan yang tinggi. Dengan demikian, sikap amanah dan
integritas mereka dalam pemeliharaan kemurnian al-Qur’an tidak diragukan lagi.
Alhasil, empat aspek yang penulis sebutkan dapat menjelaskan kesucian dan terpeliharanya kemurnian
al-Qur’an dari segela jenis perubahan, terlebih dengan adanya beberapa negar Islam dan negara yang mayoritas
penduduknya Islam. Di negara-negara tersebut terdapat pusat-pusat studi
al-Qur’an, yang menghafal, mempelajari dan mengkaji al-Qur’an. Dengan ini semua
dipastikan al-Qur’an akan terjaga dari kekeliruan. Wa Allahu
‘Alam bi al-Shawab.
Refrensi:
Abd.
Moqsith Ghazalai, dkk, Metodologi Studi Al-Qur’an, Jakarta:Pt Gramedia
Pustaka Utama, 2009
Drs. Abuddin Nata, M.A, Al-Qur’an
dan Hadis, Jakarta
Utara, PT Raja Grafindo Persada, 1994
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979
Michael Hart, Seratus Tokoh Yang
Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, (akarta:Psutaka Jaya, 1988
Muhammad Hudari Bek, Tarikh Al-Tasyri Al-Islamy, Bairut:
Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah,
2007
Nasruddin razak, deinul Islam, Bandung,
al-Ma’arif, 1977
Tags : Artikel Guru
MA Alif Laam Miim
“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”
- MA Alif Laam Miim
- Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
- maaliflaammiim@gmail.com
- 0813-8645-3684