Januari 18, 2023

OTENSITAS AL-QUR’AN

 
Penulis: 
Muhammad Musthofa, MH. (Waka Bidang Kesiswaan MA Alif Laam Miim Surabaya)

Al-Qur’an adalah salah satu naskah berjagkauan universal dengan karakteristik dan keistemewaanya dan al-Qur’an sendiri diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril AS. Sungguh beruntung sekali bagi umat di masa nabi Muhammad dengan diturunkanya al-Qur’an sebagai kitab dan pedoman lengkap yang di dalamnya tidak hanya ada syariat nabi Muhammad saja melainkan syari’at nabi yang lain telah include di dalam al-Qur’an. Tentunya dengan menjadikan al-Qur’an sebagi pedoman maka keselamatanlah yang akan diperoleh. Allah berfirman dalam surah ali-Imran ayat 138:

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS: Ali ‘Imran [138])

Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an merupakan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu dan penyelesainya permasalahan sepanjang hidup manusia dengan mukjizatnya al-Qur’an pun telah membuktikan tentang tori penciptaa alam yang baru-baru ini teori itu muncul yaitu teori tentang big bang, namun al-Qur’an beberapa abad lamanya telah menyebutkan teori  tersebut, dan teori-teori sains yang lainya. Hal ini menujukan bahwa kebenaran al-Qur’an tidak perlu ditanyakan kembali oleh sarjana-sarjana muslim dan non-muslim. Bahwa secara fakta al-Qur’an telah menunjukan kebenaranya sebagai karya tuhan atau Allah Swt.

Tetapi kemudian muncul diskurus tentang ontentik dan sakralitas al-Qur’an yang sekarang atau yang telah beredar di tangan masyarakat khususnya masyarakat muslim, itu adalah al-Qur’an sebagiamana Allah SWT wahyukan ataukah al-Qur’an mushaf Sayyidina Ustman ra. Pada era Nabi di Mekkah, tapi penulisanya lebih sistematis baru dimulai di Madinah khususnya setalah nabi menunjuk empat sahabat untuk melakukan tugas ini. Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Ubay bin Ka’ab, Zayd bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud, adalah nama-nama yang disebut sebagi penulis madinah.

Seorang penulis sejarah al-Qur’an Ahmad Von Denver, meyakini paling tidak ada 23 mushaf yang dialamatkan kepada penulis wahyu itu. Ini menunjukan banyak sekali mushaf-mushaf al-Qur’an tidak hanya mushaf ustmani saja, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah mushaf ustmani adalah wahyu Allah yang dijadaikan mushaf, ataukah bisa jadi wahyu Allah itu berada di mushaf lain yang tidak terkodifikasi.  Sebagai sebuah buku al-Qur’an tidak lain adalah produk sejarah manusia, yang merupakan hasil peroses panjang pengumpulan, penyeleksian, pengeditan, dan percetakan, hingga akhirnya menjadi sebuah buku suci. Dan sumber utama dari penulisan al-Qur’an itu sendiri adalah wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad.

Muhammad Arkoun, salah seorang pemikir liberal dari al Jazair berpendapat bahwa kalam Allah yang asli tersimpan di laul mahfuzh. ketika turun ke pada nabi, wahyu itu bekerja dalam pemikiran Muhammad sehingga mengalami transfomasi dari bahasa tuhan kebahasa manusia. Dan ketika wahyu disampiakan ke sahabat, beberapa sahabat mentrasnformasikannya pula dalam bentuk transkip yang tunduk kepada hukum-hukum bahasa yang berlaku. Dapat disimpulkan bahasa al-Qur’an adalah bahasa wahyu yang telah ditaransformasikan. Hal ini tidak ada jauh bedanya dengan kitab lain seperti injil yang menunjukan banyak kesalahan dan perbedaan baik diantara perjanjian lama dan perjanjian baru. Melihat deskripsi di atas nampaknya penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang al-Qur’an, sebagaimana diasumsikan bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah dan sakral.

Abudidn Nata, di dalam bukunya, al-Qur’an dan Hadis, menjelaskan permasalahan otentitas al-Qur’an dengan mangatakan bahwa al-Qur’an itu murni, asli tanpa ada perubahan atau pengurangan sedikitpun. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa penjelasan. Pertama, aspek turunya al-Quran,  al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu kurang lebih 23 tahun. Menurut beberapa riwayat, setelah bi’tsah, Rasulullah Saw hidup di Mekkah selam 13 tahun, kemudian hijrah ke Madinah dan bermukim di kota ini selama 10 tahun hingga akhir hayatnya. Ibn Abbas mengatakan Rasulullah diangakat menjadai nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Setelah bi’tsah beliau tinggal di Mekah 13 tahun dan selama itu beliau menerima wahyu. Beliau wafat dalam usia 63 tahun. Beberapa sumber riwayat memperkirakan masa turunya wahyu  seluruhnya 20 tahun, tetapi ada yang memperkirakan 25 tahun, namun yang masyhur adalah 23 tahun.

       Menurut al-Sya’bi, al-Qur’an mula-mula turun pada malam qadar (lailatul qadar). Setelah itu, ia diturunkan secara berangsur-angsur. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. (QS: al-Qadar [1])

                                                          وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا

Artinya: Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (al-Isra’[106])

                

Tujuan al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur itu adalah agar Rasulullah Saw dan para sahabatnya dapat menyimak, memahami, mengamalkan, dan memeliharanya dengan baik. Rasulullah membacakanya dihadapan para sahabat secara perlahan-lahan dan para sahabat membacanya sedikit demi sedikit.

Selain itu, al-Qur’an diturunkan berkaitan dengan suatu peristiwa, baik bersifat individual maupun sosial kemasyarakatan. Dengan cara seperti ini proses pemeliharaan kemurnian al-Qur’an berjalan dengan sendirinya.

Sehubungan dengan peroses turunya al-Qur’an, Rasulullah mengerahkahkan sejumlah penulis untuk mencatat seteliti mungkin. Zaid bin tsabit adalah seketaris utama Rasulullah yang mencatat ayat-ayat al-Qur’an yang turun. Disamping Zaid, tercatat pula nama-nama sahabat lain yang diperintahkan menulis al-Qur’an seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Zubair ibn Awwam, Abdullah Ibn Sa’ad, dan Ubay bin Ka’ab. Ayat-ayat tersebut ditulis dia atas batu, tulang, pelapah kurma dan lain-lain.   

Selain pencatat ada pula sejumlah sahabat yang menghafal ayat-ayat al-Qur’an secara professional. Sebelumnya, mereka adalah penghafal syair-syair Arab Jahiliyah. Merekalah yang menyebarkan al-Qur’an ke daerah-daerah serta meneruskannya dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Semua ini merupakan bagain dari kehendak Allah untuk memelihara al-Qur’an. Di setiap zaman Allah menciptakan orang-orang yang mudah dapat menghafal al-Qur’an. Allah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS: al-Hijr: 9)

 

Kedua, Aspek yang Menyampaikan al-Qur’an, al-Qur’an memberi informasi bahwa ia diturunkan dari lauh mahfudz ke dunia melalui malaikat Jibril. Lauh mahfudz adalah tempat yang terpelihara, semacam disket dalam sistem computer yang terpelihara dari gangguan dan pengrusakan. Hal ini dijelaskan dalam ayat yang berbunyi:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

Artinya: Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Laul mahfuz. (QS:Al-Buruj: 21-22)

 

Jibril yang tampil sebagai mediator proses turunya ayat adari tuhan kepada Nabi Muhammad Saw, dikenal sebagai malaikat yang dimuliakan Tuhan. Ia juga dikenal dengan al-Ruhul aminn, malaikat yang terpercaya. Hal ini dapat menambah argumen di atas bahwa al-Qur’an benar-benar terjaga kemurniannya karena mediatornya adalah utusan yang terpecaya. Sebagaimana Allah berfirman

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,(QS: Al-Haqqah: 40)

 

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ

Artinya: Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, (QS: Asyu’ara: 193-194)

 

Disamping itu, malaikat pada umumnya adalah hambah Allah yang sangat patuh pada tuhan dan tidak mau berbuat dosa atau berkhaianat, Firman Allah Swt:

 

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ

Artinya: Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (QS: al-Anbiya: 26-27)

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS: al-Tahrim: 6)

 

Memperhatikan sifat-siafat Jibril dan malaikat pada umumnya, sebagaimana diungkapkan dalam ayat-ayat di atas maka musthali Jibril berbuat dusta atau mengubah wahyu yang harus disampaikanya kepada Nabi Muhammad Saw. dengan kata lain, wahyu yang disampaikan malaikat Jibril itu terjamin keaslianya.

 

Ketiga, Aspek Penerima al-Qur’an, sebagaimana disebutkan di atas, wahyu dari Allah Swt disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril. Sebagai penerima wahyu, Nabi Muhammad dianugrahi Allah sifat-sifat mulia mustahil ia berdusta. Hal ini digambarkan oleh Allah perihal akhlak Nabi dengan firman-Nya.

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. ?(QS: al-Qalam: 4)

 

Bernad lewis berkata “sejarah Muhammad dan asal-usulnya Islam diakui oleh Ernest Renan, sangat berbeda dengan agama-agama lain. Agama-agama lain dibumbui oleh cerita misteri, sedangkan Islam dilahirkan penuh dengan cahaya sejarah. Akar-akarnya menghunjam dalam kehidupan pendirinya. Muhammad SAW kita kenal dengan baik, sebagaimana kita mengenal tokoh-tokoh reformer di abad keenam belas”.

Kehebatan Nabi Muhammad tidak hanya diakui oleh penulis muslim, tetapi juga penulis barat atau orientalis. Michael Hart, misalnya dalam bukunya the 100, a raking of the most influential persons in history (seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah) merupakan Nabi Muhammad Saw pada urutan paling atas. Penempatan ini didasarkan pada alasan bahwa beliau satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa baik ditilik dari ukuran agama mauapun ruang lingkup duniawi.

Keberhasilan tersebut merupakan hal yang luar biasa karena secara manusiawi beliau lahir dalam keadaan yatim, ayahnya wafat ketika beliau dalam masih kandungan dan ibunya meninggal ketika beliau masih kanak-kanak. Ia tak punya harta dan lahir di tengah-tengah masyarakat yang tersesat jauh. Dalam kondisi demikian beliau mampu mengubah wajah dunia dan perjuangannya mencapai sukses yang mengagumkan. Hal ini digambarkan dalam ayat yang berbunyi:

 

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS:Al-Fath: 29).

 

Sikap beliau yang sangat dirasakan pengaruhnya oleh masyarakat antara lain adalah kebenaran, keadilan, kejujuran, amanah, dan berpihak pada pembelaan kaum lemah seperti para budak, kaum wanita, anak yatim, dan orang-orang tertindas lainnya.

Dengan sifat dan sikap yang mulia itu, sangat mustahil beliau memalsukan al-Qur’an apa yang disabdakan oleh beliau tidak lain adalah wahyu Allah Swt.

 

                 ...Dan tidaklah apa yang diucapkan (Muhammad) itu (al-qur’an) menurut hawa nafsunya ,(tetapi) ucapan itu tidak lain kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya…(QS:taha 3-4)

 

Selain itu sebagaimana halnya Malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw juga memperoleh gelar al-Amin (orang yang terpercaya), semua yang dikatakan adalah benar. Beliau adalah seorang ummy tak pandai baca dan tulis. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebelum al-Qur’an diturunkan beliau perlu dipersiapkan. Kata al-Ummy, dapat diumpamakan seperti gelas atau tempat steril (suci), karena belaiu akan menerima wahyu al-Qur’an sebagai kalamullah yang suci. Dengan demikiansangat jelas bahwa al-Qur’an betul-betul dari Allah, bukan bikinan beliau.

Dengan sifat dan sikap Rasulullah sebagaiman digambarkan di atas, kemurnian al-Qur’an yang berada ditanganya benar-benar terpelihara. Untuk menjamin kesesuain anatara al-Qur’an yang diterima Nabi dengan wahyu yang diturunkan Allah, Allah Swt sering mengutus malaikat Jibril untuk mengecek bacaan al-Qur’an yang dibaca Rasulullah Saw. banyak hadis yang menginformasikan tentang kedatangan Jibril kepada Rasulullah untuk pengecekan itu.

Keempat, Aspek Para Penulis Al-Qur’an, Al-Qur’an terdiri dari 6666 ayat yang dihimpun dalam 114 surah, mulai dari surah al-Fatihah sampai dengan surah An-Nas, kemurnian dan keaslian ayat-ayat tersebut dapat dilihat antara lain dari proses penulisannya. Wahyu pertama diterima Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surah al-‘Alaq, ketika belaiau berada di gua Hira, sedangkan wahyu terakhir adalah ayat ke-3 surah al-Ma’idah, pada waktu belaiu wukuf di padang Arafah saat melakukan haji wada’ tanggal 9 Dzulhijjah, tahun kesepuluh hijriah, bertepatan dengan 7 Maret 632 M.

Salah satu faktor yang dapat menjamin keaslian dan kemurnian al-Qur’an ialah teks al-Qur’an itu ditulis sesuai dengan tuntutan dan petunjuk Rasulullah. Penulisannya dilakukan dihadapan beliau sendiri. Untuk kepentingan tersebut Rasulullah mengarahkan sejumlah penulis seperti para Sahabatnya seperti Amir bin Fuhairah, Ubay bin Ka’ab, Tasabit bin Qais bin Samas, Zaid bin Tsabit, Mu’awiyah bin Abi  Sufyan, termasuk saudara Abu sufyan: Yazid bin Syu’bah, Zubair bin Awwam, khalid bin walid, ‘Alla bin al-Hadramy, Amr bin ‘ash, Abdullah bin Hadramy, Muhammad bin Masalamah, dan Abdullah bin Ubay bin Salul.

Mereka terkenal sebagai orang-orang yang terkenal denga Rasulullah Saw, pelaku-pelaku sejarah mengetahui maslah pda waktu al-Qur’an diturunkan, cinta kepada Rasulullah dan memiliki kualitas keagamaan yang tinggi. Dengan demikian, sikap amanah dan integritas mereka dalam pemeliharaan kemurnian al-Qur’an tidak diragukan lagi.

Alhasil, empat aspek yang penulis sebutkan dapat menjelaskan kesucian dan terpeliharanya kemurnian al-Qur’an dari segela jenis perubahan, terlebih dengan adanya beberapa negar Islam dan  negara yang mayoritas penduduknya Islam. Di negara-negara tersebut terdapat pusat-pusat studi al-Qur’an, yang menghafal, mempelajari dan mengkaji al-Qur’an. Dengan ini semua dipastikan al-Qur’an akan terjaga dari kekeliruan. Wa Allahu ‘Alam bi al-Shawab.

 

Refrensi:

Abd. Moqsith Ghazalai, dkk, Metodologi Studi Al-Qur’an, Jakarta:Pt Gramedia Pustaka Utama, 2009

Drs. Abuddin Nata, M.A, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta Utara, PT Raja Grafindo Persada, 1994

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979

Michael Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, (akarta:Psutaka Jaya, 1988

Muhammad Hudari Bek, Tarikh Al-Tasyri Al-Islamy, Bairut: Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah, 2007

Nasruddin razak, deinul Islam, Bandung, al-Ma’arif, 1977

 

 

 

 

Tags :

bm

MA Alif Laam Miim

“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”

  • MA Alif Laam Miim
  • Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
  • maaliflaammiim@gmail.com
  • 0813-8645-3684