Januari 16, 2023

STUDI AGAMA DAN NASIONALISME DALAM UPAYA PENGUATAN MODERASI BERAGAMA

  

Secara umum agama memiliki pengertian sistem yang mengatur tentang barometer keyakinan seseorang kepada tuhannya. Agama apapun namanya, tetap berhubungan tentang keyakinan seorang hamba kepada yang ia yakini, sekalipun keyakinannya berbeda-beda. Ada yang yang meyakini bahwa Allah adalah dzat satu-satunya yang berhak disembah, dan itu yang disebut dengan agama Islam.  Ada juga yang meyakini bahwa Yesus sebagai tuhan yang ia sembah yang memiliki Tuhan Bapak dan Bunda Maria, dan itu yang disebut dengan agama Kristen. Ada juga agama Hindu, Katolik, Konghucu, dan lain-lain. Itu semua mengajarkan kepada pemeluknya agar meyakini ajaran-ajaran yang ada di dalam agama tersebut.

Islam mengajarkan agar berbuat baik kepada siapapun, termasuk berbuat baik kepada orang yang berbeda dalam keyakinannya. Islam juga memberi pesan moral melalui kitab suci Al-Qur’an yakni لا إكراه في الدين    (tidak ada paksaan dalam agama). Tidak boleh saling membenci dan bertengkar, tidak boleh saling iri dan dengki hanya karena berbeda agama. Akan tetapi bagaimana kita saling rukun dan tentram, saling membantu dan tolong-menolong dalam kebaikan. Hal ini senada dan seirama dengan semboyan yang ada di negara kita Indonesia yaitu Bhinneka Tuggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu tujuan).

Membicarakan tentang Nasionalisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki pengertian paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, dalam kata lain mengajarkan tentang Cinta Tanah Air. Sejak dini mulai dari SD bahkan TK hingga ke tingkat Perguruan Tinggi kita telah diajarkan bagaimana kita mencintai negara kita Indonesia. Guru-guru memberi pelajaran di sekolah tentang PPKn (Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan), di dalamnya dibahas tuntas tentang hal-hal yang berhubungan dengan negara. Itu semua dilakukan agar kita menjadi warga negara yang baik yang mencintai negara sendiri. حب الوطن من الإيمان   Cinta Tanah Air merupakan sebagian dari Iman. Itulah yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari pendiri organisasi terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU).

Hingga saat ini di Indonesia masih ada kelompok-kelompok tertentu yang menyatakan bahwa tidak adanya relasi antara  agama dan negara. Sehingga kelompok tersebut ada yang menginginkan Indonesia menjadi Negara Khilafah dan ada juga yang menginginkan menjadi negara sekuler. Adanya hal ini tidak lepas dari maksud dan keinginan orang-orang tertentu yang mendoktrin pemahaman-pemahaman yang tidak baik agar bisa menguasai negara Indonesia. Padahal jika kita menyadari bagaimama negara-negara di Timur Tengah yang notabene mayoritas orang Islam hingga saat ini sering kali terjadi peperangan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelompok tersebut memberontak kepada pemerintah negara yang sah, yang menginginkan negaranya menjadi negara khilafah.

Menurut Dr. (HC) KH. Afifuddin Muhajir (Wakil Rais ‘Aam PBNU), adanya Pancasila sesungguhnya menjadi تسوية الخلاف   atau win-win solution, artinya Pancasila menjadi penengah di antara dua kelompok yang memiliki keinginan tidak sama, yakni kelompok yang menginginkan Indonesia menjadi negara sekuler dan kelompok yang menginginkan menjadi negara Islam. Pada akhirnya dua kelompok tersebut sama-sama menerima dengan adanya Pancasila setelah sebelumnya terjadi diskusi panas dan sengit diantara mereka. Kelompok sekuler menerimanya karena meyakini bahwa Pancasila bukanlah Agama dan kelompok Islam merimanya karena mereka meyakini bahwa Pancasila selaras dengan Syariat Islam.

Kyai Afif (sapaan akrab KH. Afifuddin Muhajir) menyebutkan ada tiga kategori tentang hubungan Pancasila dan Syariat Islam.

1.       لا تخالف الشريعة  (Pancasila tidak bertentangan dengan Syariat Islam)

2.       توافق الشريعة  (Pancasila selaras dengan Syariat Islam)

3.       هي الشريعة بعينها    (Pancasila adalah syariat itu sendiri)

Hal ini beliau menjelaskan bahwa tidak ditemukan di dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadits tentang adanya perbedaan dengan Pancasila, justru yang ditemukan adalah adanya kesesuaian diantara keduanya.

Dengan demikian, menjadi penting bagi kita untuk belajar tentang Agama dan Nasionalisme dengan baik dan benar. Agar menjadi manusia-manusia pilihan yang bisa moderat dalam beragama, bebangsa, dan bernegara. Falyatadabbar...

Penulis : Ali Musthofa, S.Kom., M.Pd.

 

Tags :

bm

MA Alif Laam Miim

“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”

  • MA Alif Laam Miim
  • Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
  • maaliflaammiim@gmail.com
  • 0813-8645-3684