BELAJAR KEPADA SANG ALIM
Ahnaf bin Qais yang terkenal alim dan warak itu berkata: "Kalau Anda suka heran melihat sesuatu yang tak sesuai dengan nalar lurus manusia, yang paling membuat saya heran adalah manusia yang semakin lama tubuhnya semakin besar tapi akalnya kok semakin mengecil." Iya benar, ternyata ada manusia yang umurnya semakin tua, tapi cara pikirnya semakin kekanak-kanakan. Ada tidak?
Manusia itu dagingnya tidak bisa dimakan,
kulitnya tak bisa dibuat sebagai pakaian dan tulangnya tak bisa dijadikan
tongkat. Lalu apa lagi yang bisa dilakukan selain memiliki lidah yang manis dan
hati yang tulus? Lalu, apalagi yang bisa dipersembahkan dalam hidup ini kalau
bukan membahagiakan orang lain dengan apa yang kita miliki? Aslinya, hanya
orang yang akalnya kecil saja yang masih berkeinginan berbuat curang dan zalim,
yang ingin berbahagia di atas derita orang lain.
Kita harus berupaya untuk semakin tua semakin
mendekat kepada Allah, semakin cepat bertaubat ketika sadar melakukan
kesalahan, semakin memberikan manfaat kepada banyak orang dengan berbagai cara.
Benar bahwa kita tak bisa membahagiakan semua orang, tapi kita bisa berusaha
tidak menyakiti seorang pun. Upayakanlah ada banyak orang yang menjadi saksi bahwa kita pernah
hidup dalam kebaikan-kebaikan.
Mulailah dengan membahagiakan orang tua kita.
Hanya orang yang otaknya kecil saja yang bernafsu membahagiakan orang lain
sementara dalam waktu yang sama membiarkan orang tuanya menderita. Saya hormat
dan angkat topi pada seorang alim yang membawa ibunya kemana beliau diundang
ceramah, karena di rumahnya sang ibu hanya merasa bahagia jika bersama sang
alim ini.
Sang alim itu di setiap permulaan ceramahnya
selalu saja menyebut ibunya sebelum menyebut para hadirin yang mulia lainnya.
Beliau selalu dengan penuh takzim dan suara lembut semi gemetar memulai
ceramahnya dengan berkata: "Yang saya muliakan, yang saya cintai dan
yang saya taati, ibuku, yang setia menjadi perawatku, guruku, pahlawanku dan
pembimbingku melalui doa dan airmatanya." Baru beliau menyebut orang
mulia lainnya. Bagaimana dengan kita?
Penulis
: Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi, MA.
Tags : Kalam Abah Kiai
MA Alif Laam Miim
“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”
- MA Alif Laam Miim
- Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
- maaliflaammiim@gmail.com
- 0813-8645-3684