MENGUPAS MAKNA AKHLAK, ETIKA DAN MORAL
Penulis: Muhammad Musthofa, MH. (Waka Kesiswaan MA
Alif Laam Miim Surabaya)
Dalam Islam, akhlak memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan, baik peranan yang bersifat individual
maupun kolektif. Tak heran jika al-Qur’an memberikan sebuah penekanan
terhadapanya, begitupun di dalam hadis. Menurut sebuah penelitian, dari 60.000
hadis, 20.000 hadis berbicara tentang akidah sementara sisianya 40.000 hadis
berbicara tentang akhlak dan muamalah.
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim bertingkah
laku, berperangai, dan beradat istiadat yang baik dan sesuai dengan ajaran
Islam. Bukankah Nabi Muhammad Saw diutus di muka bumi ini bertujuan untuk
menyempurnakan akhlak. Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ
الأْخْلاَقِ
Artinya:
“ Sesunguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik)
Sebagai
sari tauladan, pribadi Rasulullah Saw sangatlah tepat untuk dijadikan teladan
dalam membentuk akhlak yang baik. Allah Swt berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab [21])
Al-Qur’an dan hadis di atas, adalah sedikit bukti atau argumentasi
dari pentignya akhlak bagi setiap manusia.
Yang menarik, seiring dengan berkembangnya kebahasaan, istilah akhlak memiliki banyak persamaan kata. Misalnya etika dan moral, yang acap kali digunakan sebagian orang untuk mengganti kata akhlak. Dalam konteks ini, penulis ingin menyajikan dan mengulas makna dari kata akhlak, etika dan moral, berikut persamaan dan perbedaanya.
Makna Akhlak, Etika dan Moral
Pertama,
akhlak, dari asal kata (mufrad) “al-khuluq” yang bentuk jamaknya
(plural) “al-Akhlak”. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak dengan;
هَيْئَةٌ رَاسِخَةٌ فِى النَّفْسِ
تَصْدُرُ عَنْهَا الأَفْعَالُ بِيُسْرٍ وَ سُهُوْلَةٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى
فِكْرٍ وَ رُوِّيَةٍ
Artinya: “Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam
dalam jiwa yang secara sepontan mendorong melakukan suatu perbuatan secara
mudah tanpa pertimbanagn fikiran”
Syekh Makarim Al-Syairazi mengatakan;
أَلْأَخْلاَقُ
مَجْمُوْعَاتُ الْكَمَالاَتِ الْمَعْنَوِيَّةِ وَالسَّجَايَا الْبَاطِنِيَّةِ
للإِنْسَانِ
Artinya: “Akhlak adalah sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat
batin manusia”.
Semua
pengertian di atas menunjukan bahwa akhlak merupakan bentuk kepribadian
seseorang tanpa dibuat-buat atau spontan tanpa adanya faktor dorongan eksternal.
Dapat dikatakan sebagai dorogan internal bagi setiap orang. Jika tindakan
tersebut baik secara akal dan agama dinamakan akhlak karimah sedangkan
sebaliknya dikatakan akhlak madzmumah.
Kedua, etika, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani “ethos”
yang berarti adat kebiasaan. Yang membicarakan kebiasaan (perbuatan), tetapi
bukan menurut tata-adat, melainkan tata-adab. Yaitu berdasarkan intisari atau
sifat dasar manusia. Jadi etika adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat
dari baik dan buruknya. Dalam filsafat, etika merupakan cabang ilmu filsafat
(aksiologi).
Menurut Muhammad Amin, etika adalah ilmu pengetahuan yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam setiap
perbuatannya, dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
Lebih lanjut, Soegarda P, mengatakan bahwa etika adalah
filsafat nilai pengetahuan, yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan dalam
kehidupan manusia. Terutama dalam gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan
sebuah pertimbangan sampai sebuah tujuan dimana perbutan itu dilakukan.
Bedasarakan uraian di atas, etika merupakan ilmu yang
menyelediki perbuatan baik dan buruk dengan memerhatikan sejauh mana dapat
dijangkau oleh akal pikiran.
Ketiga, moral, berasal dari bahasa latin mores, kata
jamak dari mos yang berarti adat istiadat. Dalam bahasa Indonesia moral
diartikan dengan susila. Moral memiliki arti segala tindakan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah umum, yang baik dan wajar, selaras dengan norma atau tindakan
umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Poerwadarminta, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merumuskan moral dengan ajaran tentang baik dan buruknya perbuatan dan
kelakukan (akhlak, kewajiban, dan sebagainya). Berdasarkan definisi di atas,
moral adalah nilai-nilai atau norma-norma yang ditentukan oleh masyarakat umum
dalam segala tindakan atau perbuatannya.
Perasmaan dan Perbedaan (Akhlak, Etika, dan Moral)
Adapun persamaan akhlak, etika dan moral antara lain; Pertama,
akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran tentang perbuatan, tingkah
laku, sifat dan perangai yang baik. Kedua, akhlak, etika dan moral
adalah prinsip atau norma hidup manusia untuk mengatur harkat dan martbatnya.
Sehingga semakin tinggi akhlak, etika dan moralnya maka kualitas kemanusiaanya
pun semakin baik. Namun justru sebaliknya semakin buruk akhlak, etika dan
moralnya maka semakin buruk pula kualitas kemanusiaanya. Ketiga, akhlak,
etika, dan moral seseorang bukan faktor keturunan yang besifat tetap, statis,
dan konstan, tetapi merupakan potensi pribadi dari setiap orang.
Sedangkan perbedaan akhlak, etika, dan moral yaitu; akhlak
merupakan istilah yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang
menentukan baik dan buruknya dari sebuah perbuataan, sifat, dan perangai yang
universal bersumber dari ajaran Allah Swt. Sementara itu, etika merupakan
bersumber dari pengetahuan filsafat tentang nilai-nilai dan kesusilaan baik dan
buruknya yang intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Sedangkan
moral, tindakan atau perbuatan manusia ditentukan oleh masayarakat umum yang
barang tentu berbeda-beda sesuai dengan kondisi masyarat di sekitar.
Alhasil, akhlak tolok ukurnya al-Qur’an dan al-Sunnah,
Etika tolok ukurnya akal pikiran dan moral tolok ukurnya norma yang hidup
ditengah-tengah masyarakat. Semoga tulisan ini bermanfaat, Wa Allahu ‘Alamu
bi al-Shawab.
Refrensi:
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Beirut: Dar
al-Ma’rifah, T,th
Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, Beirut: Dar Shadir,
T,th
Nashir Makarim al-Syirazi, al-Akhlak fi al-Qur’an, Qumm:
Madrasah Imam Ali bin AbI Thalib, 1368
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,
1985
Tags : Artikel Guru
MA Alif Laam Miim
“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”
- MA Alif Laam Miim
- Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
- maaliflaammiim@gmail.com
- 0813-8645-3684