SEJARAH PPK ALIF LAAM MIIM SURABAYA
Kehadiran
Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim (PPK Alif Laam Miim) adalah wujud dari
cita-cita luhur Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi, MA. yang ingin menjadi bagian dari penyelenggara kegiatan tafaqquh fi al-diin. PPK Alif Laam Miim bermula dari keinginan Kiai –yang sering dipanggil dengan
sebutan Kiai Imam Mawardi ini– sewaktu menempuh
pendidikan S2 di Kanada. Beliau melihat bahwa masyarakat perkotaan sangat
membutuhkan tempat untuk mendalami ilmu keagamaan yang saat itu masih sangat
minim. Ketika beliau telah pulang ke Indonesia dan kemudian menetap di Surabaya
yang notabene merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, keinginan untuk
mendirikan tempat kajian keislaman terus tumbuh dengan kuat. Alhamdulillah,
berkat karunia Allah Swt, Kiai Mawardi pada tahun 2013 mendapatkan sebidang
tanah yang letaknya di Kelurahan Kebonsari, Kec. Jambangan Surabaya yang
kemudian hari menjadi cikal bakal berdirinya pesantren. Tahun 2014 dimulailah pembangunan
pondok sedikit demi sedikit dan para jamaah maupun santri pun juga berdatangan
untuk menimba ilmu di pesantren yang baru dirintis ini. Pada tahun ini pula,
pemerintah melalui Kementrian Hukum dan Ham mengeluarkan SK dengan nomor
AHU-920.AH.01.04 2014 sebagai tanda legalitas berdirinya Yayasan Pondok
Pesantren Kota Alif laam Miim Surabaya.
Atas
dasar putunjuk istikharah pendiri dan pengasuh pertama, Kiai Imam Mawardi, pondok
pesantren ini diberi nama yang cukup unik yaitu “Pondok Pesantren Kota Alif
Laam Miim”. Filosofi yang ada pada kata tersebut termuat dalam makna
masing-masing dari kata tersebut. Kata “Alif” bermakna Allah, “Laam” bermakna
Jibril, dan “Miim” bermakna Nabi Muhammad. Jika dirangkai menjadi satu, makna Alif
Laam Miim adalah Allah menurunkan sebuah kitab melalui malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad Saw. Kitab tersebut tiada lain adalah Al-Quran. Lantas mengapa di
depan ada tambahan kata Kota? Kota yang dimaksud selain karena letaknya di kota surabaya, alasan lain adalah bentuk tashil
(penyederhanaan) dari kata “Quwwata” yang bermakna kekuatan. Penggabungan
antara “Quwwata” dengan “Alif Laam Miim” bermakna kekuatan dari
kitab al-Quran yang telah Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad Saw. sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia.
Nilai filosofis yang ingin ditekankan oleh pendiri pesantren ini adalah bahwa manusia tidak memiliki kekuatan apapun, sementara Allah lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu, manusia sebagai insan yang daif, sangat penting untuk menyandarkan dan memohon kekuatan kepada Sang Maha Pemberi Kekuatan melalui al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui al-Quran itulah, diharapkan Allah memberikan petunjuk kebenaran sehingga manusia mendapatkan hidayah agar dapat membedakan yang haq dan yang bathil dalam menjalani kehidupan untuk menggapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Seiring
berjalannya waktu, alhamdulillah PPK Alif Laam Miim menjadi salah satu lembaga
pendidikan yang menjadi rujukan masyarakat khususnya daerah Surabaya dan
sekitarnya untuk menghafalkan al-Qur’an dan mengkaji ilmu keagamaan. Dari tahun
ke tahun, perkembangan PPK Alif Laam Miim tampak dari jumlah santri yang
meningkat dan jamaah pengajian rutin yang semakin bertambah. Selain
menyelenggarakan Pendidikan non formal bagi para jamaah, PPK Alif Laam Miim
juga menyelenggarakan Pendidikan formal.
Atas
anugerah Allah Swt., pada tahun 2021 PPK Alif Laam Miim Surabaya secara resmi
membuka pendidikan formal setingkat menengah atas yaitu Madrasah Aliyah (MA)
Alif Laam Miim. Adapun visi MA Alif Laam Miim adalah “Terwujudnya Generasi
Rabbani yang berjiwa dai, berawasan global dan peduli lingkungan.” Madrasah
yang bernaung di bawah Yayasan PPK Alif Laam Miim ini, mendapatkan Nomor
Statistik Madrasah (NSM) dari Kementrian Agama Republik Indonesia dengan nomor
11235780024. Kelahiran MA Alif Laam Miim tidak bisa dilepaskan dari peran
pendiri dan pengasuh pertama PPK Alif Laam Miim. Beliau bercita-cita agar
santri yang menempuh pendidikan di bangku MA Alif Laam Miim mampu memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan keserdasan intelektual berdasarkan al-Qur'an dan ilmu pengetahuan.