Januari 21, 2023

NAHWUMATIKA; BELAJAR GRAMATIKA ARAB MELALUI OPERASI MATEMATIKA

 
Penulis: Yurid A’lal Firdaus, S.Ag (Waka. Al-Qur’an MA Alif Laam Miim Surabaya)


Pendahuluan

Menerima amanah sebagai pengampu materi nahwu (morfologi) di PPK Alif Laam Miim Surabaya adalah peluang dan tantangan. Dengan mengajar seorang guru harus belajar dan menyiapkan perangkat pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh para santri dalam kondisi belajar yang menyenangkan. Who stop learning, stop teaching adalah motivasi yang melecut para guru terutama penulis untuk mengulang kembali materi yang pernah dipelajari selama masih nyantri.

 Di lain sisi tantangan seorang guru adalah meramu materi sedemikian rupa dalam bentuk “olahan” yang siap dinikmati santri dengan nikmat dan hikmat. Beragam metode dirumuskan oleh para pakar pendidikan agar pembejalaran selalu relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik. Selain dalam metode pembelajaran materi umum, beberapa pesantren memiliki metode khusus pembelajaran materi nahwu dan sharaf (baca: ilmu alat) agar para santri dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam proses membaca kitab kuning.

 Kitab-kitab nahwu otoritatif seperti Alfiyah ibnu Malik, al-Jurumiyah, al-Imrithi dan kitab lainnya dirujuk sebagai basis normatif dikemas dengan tampilan dan sistematika pembahasan yang lebih sistematis dan modern. Semua metode memiliki ciri khasnya tersendiri namun dengan visi yang sama agar para santri lebih mudah memahami dan mengaplikasikannya. Secara teoritis semua metode sama, perbedaan terjadi pada sistematika dan praktik pembelajarannya yang bisa jadi satu dengan yang lain dapat saling dikombinasikan (interdisipliner) atau melalui pendekatan disiplin keilmuwan umum (multidisipliner). Salah satunya penulis kemas layaknya operasi matematika yang muncul secara spontan di saat mengajar.

Sebelum masuk pembahasan, penulis ingin menegaskan beberapa hal, pertama, metode yang penulis gunakan berupa penjelasan gramatika arab melalui operasi matematika bukanlah metode baku dan tidak aplikatif untuk semua bab atau sub bab nahwu sehingga tentu metode ini hanya teori subyektif penulis. Kedua, kombinasi nahwu dan matematika yang mendapatkan perspesi materi rumit di beberapa santri bila dipadukan akan menambah level kerumitannya adalah stigmatisasi pengetahuan karena dengan cara yang berbeda para santri akan menemukan sisi baru pemahaman materi nahwu. Ketiga, salah satu sebab munculnya beragam metode pembelajaran adalah temuan bahwa setiap peserta didik memiliki kecerdasan berbeda dan cara belajar berbeda pula sehingga para guru harus terampil dalam mengajar dengan metode dan pendekatan yang variatif. Inilah pembuka menuju pendekatan “Nahwumatika”.

Pembahasan
Beberapa waktu lalu penulis mengajar mata pelajara (mapel) nahwu menggunakan metode membaca kitab milik salah satu pesantren salaf terbesar di Jawa Timur. Pada bab isim-isim yang rafa’, penulis sampai pada pembahasan khabar, secara singkat adalah isim yang eksistensinya dipengaruhi oleh mubtada’, sebuah frasa di awal susunan gramatika. Khabar diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan jumlah penyusunnya, yaitu satu kata (mufrad) dan lebih dari satu kata (gairu al-mufrad). Khabar jenis kedua dibagi lagi sesuai bentuk susunan katanya, yaitu bentuk kalimat (jumlah) dan serupa kalimat (shibh al-jumlah). Kedua bentuk ini dirincikan kembali, bentuk kalimat yang tersusun dari 2 kata benda atau lebih (jumlah ismiyah) dan tersusun dari subyek dan predikat/kata kerja (jumlah fi’liyah). Sedangkan bentuk serupa kalimat dibagi menjadi dua, tersusun dari kata keterangan waktu/tempat (dharaf) dan tersusun dari jer-majrur.

Pada saat membahas bagian khabar bentuk kalimat (jumlah), penulis menjelaskan terlebih  dahulu definisi dari kedua bentuk kalimat, ismiyah dan fi’liyah. Kemudian menyebutkan unsur-unsur penyusun kalimat, jumlah ismiyah disusun oleh mubtada’ dan khabar, jumlah fi’liyah disusun oleh fi’il (kata kerja) dan fa’il (subyek). Bila divisualkan dalam cangkupan yang lebih besar menggabungkan konsep dasar mubtada’ dan khabar, maka akan ada beberapa bagian yang disebutkan berulang dan susunan yang berlipat. Mungkin Sebagian santri yang telah memahami konsep jumlah ismiyah dan fi’liyah dengan baik akan langsung mengerti kedua bentuk khabar. Namun sebagian lainnya merasa kesulitan walau dibentuk dalam skema atau contoh kalimat karena pemahaman yang belum matang pada materi-materi sebelumnya.

Mencari solusi yang dapat memudahkan para santri dalam memahami materi khabar bentuk kalimat dengan penjelasan singkat, spontan muncul cara melalui operasi matematika yaitu persamaan linier dua variable, unsur penyusun kalimat dalam khabar jumlah ismiyah dan fi’liyah penulis visualisasikan dalam bentuk kode huruf hijaiyah (mim dan kha’) dan tanda operasi matematika (tambah dan kurung). Berikut kode-kode huruf hija’iyah yang dibutuhkan,
penulis susun secara lengkap dalam tabel.

 

No.

Unsur Kalimat

Kode Huruf

1

Mubtada’ ()مبتدأ

م

2

Khabar ()خبر

خ

3

Fi’il ()فعل

ف

4

)فاعل( Fa’il

فا

 Penggunaan kode-kode huruf hija’yah di atas penulis susun dengan bantuan operasi matematika untuk menjelaskan definisi dan bentuk kalimat ismiyah dan fi’liyah sehingga penulis buat tabel skematik matematis berikut.


No.

Bentuk Kalimat

Definisi

Operasi Matematika

Keterangan

1

Khabar
jumlah ismiyah

Khabar yang
tersusun dari
mubtada’ dan
khabar

م + 1خ( 1م + 2خ)2

2 مdan 2 خadalah
khabar dari
mubtada’ (1)م

2

Khabar
jumlah fi’liyah

Khabar yang
tersusun dari
fi’il dan fa’il

م + خ (ف + فا)

فdan فاadalah
khabar dari
mubtada’ ()م

 Operasi matematika di atas penulis terapkan untuk memudahkan pemahaman terhadap kedua bentuk kalimat bila disusun dalam konsep besar mubtada’ dan khabar sehingga titik fokus skema di atas bukan pada nahwu dan operasi matematikanya secara dikotomis atau prosedur operasi matematika yang lazim diterapkan dalam proses kauntifikasi. Bab ilmu nahwu banyak jumlahnya begitu pula operasi matematika, selain tanda tambah, kurang, kali, dan bagi, masih banyak operasi dan tanda lainnya, jadi tidak semua bab atau sub bab nahwu dapat didekati melalui pendekatan operasi matematika.

Penutup
Pendekatan operasi matematika hanya cara baru dalam belajar ilmu nahwu yang menunjukkan beberapa poin penting, pertama, ada banyak cara dalam belajar ilmu nahwu yang bisa digunakan agar aktivitas menjadi lebih memahamkan dan menyenangkan sehingga berimplikasi pada kompetensi membaca dan memahami literatur/teks agama yang merupakan out put dari pembelajaran gramatika arab. Kedua, ilmu nahwu adalah cabang ilmu linguistik (bahasa) dan matematika adalah bagian dari rumpun ilmu eksakta (ilmu pasti), keduanya identik dengan dua khazanah berbeda, keilmuwan Islam dan keilmuwan modern. Paduan keduanya dapat menjadi antitesis pandangan dikotomi Islam dan ilmu pengetahuan melalui metode pembelajaran multidisipliner. Wallahu a’lam.

 

#maaliflaammiim.sch.id #PPDB2023/2024 #aliflaammiim.com #mtsaliflaammiimsby.sch.id

Tags :

bm

MA Alif Laam Miim

“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Berjiwa Dai, Berwawasan Global, dan Peduli Lingkungan”

  • MA Alif Laam Miim
  • Kebonsari Baru Selatan No. 1 Surabaya
  • maaliflaammiim@gmail.com
  • 0813-8645-3684